Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.
Ternyata rasa itu tidak sama
Mengapa Rasaku seperti permainan belaka
Segenap rasa yang aku punya
Ternyata hanya di pandang sebelah mata
Harus dengan apa aku buka pintu hati
Untuk menggapai rasa yang ku miliki
Harus berapa maaf yang ku miliki
Untuk meredam sakit yang ku alami
Seluas samudra dan sedalam lautan
Maaf dan kasih ini ku simpan
Setinggi angkasa dan sedalam lautan
Cinta ini telah aku berikan
Segala kecewa hanya bisa aku pendam
Kasih di hati terasa makin tak karuan
Sementara air mata yang ada
Tak mampu lagi untuk berurai…..
Tak mampu lagi melukiskan
Kekecewaan yang kini aku rasakan
Jakarta, 12 Februari 2009
By Rhe
Mengapa Rasaku seperti permainan belaka
Segenap rasa yang aku punya
Ternyata hanya di pandang sebelah mata
Harus dengan apa aku buka pintu hati
Untuk menggapai rasa yang ku miliki
Harus berapa maaf yang ku miliki
Untuk meredam sakit yang ku alami
Seluas samudra dan sedalam lautan
Maaf dan kasih ini ku simpan
Setinggi angkasa dan sedalam lautan
Cinta ini telah aku berikan
Segala kecewa hanya bisa aku pendam
Kasih di hati terasa makin tak karuan
Sementara air mata yang ada
Tak mampu lagi untuk berurai…..
Tak mampu lagi melukiskan
Kekecewaan yang kini aku rasakan
Jakarta, 12 Februari 2009
By Rhe