Sabtu, 09 Juni 2012

Mendekap Sepi


Disini gelap, tak ada lagi cahaya terang benderang seperti saat kau masih menjadi mentari dalam siangku, dan menjadi purnama dalam malamku. Kunang yang dulu suka menari berputar dibalik jendela kaca pun menghilang. Mereka kehilangan kiblatnya.
Tapi diantara kegelapan yang tak pernah bosan mengungkungku ini, aku masih memiliki cahaya lilin kehidupan. Aku belajar darinya. Belajar arti sebuah pengorbanan. Belajar menghargai keputusan. Belajar untuk menerima bahwa kau tak bisa lagi selalu ada di sisiku. Belajar memaafkan takdir yang kejam sekali menuliskan cerita tentang kita.
Ketika sampai pada batas dimana aku tak bisa lagi mengharapkanmu menjadi mentari dan purnama sekaligus dalam kehidupanku, maka aku akan meregangkan genggamanku pada jemarimu. Membiarkanmu berlari menyongsong surga di bawah telapak kaki ibumu. Surga yang terasa menyakitkan. Bagimu. Terlebih bagiku.
Sayangku, aku memang tak pernah bisa menyisakan kesedihan ini. Maka aku biarkan saja keran air mata ini terbuka.
Aku ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar mencintaimu. Aku ingin kamu berbuat baik. Berbahagialah…


tulisan dari BLog lutfi fauziah " katanya sie terinsiparasi dr kisahku "


tapi bener jugaaa hal yg sama yg sedang aQ rasakan sekarang dimana harus belajar merelakan seseorang yang kita sayang berbahagia bersama org lain "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar