Jumat, 10 September 2010

ungkapan perasaan buku harian

Ku buka lembar baru buku harianku, ku tulis semua kisah tentang kita. Sungguh ku tak percaya kau telah pergi meninggalkanku. Meninggalkan semua kenangan manis yang telah kita lalui bersama.

Ingatkah kau hari itu, saat kau menangis dipelukku? Saat kau tertawa bersamaku? Saat kita bergandengan tangan, melawan semua cobaan yang menghadang?

Saat itu, aku pikir kita akan selalu bersama selamanya, tapi ternyata aku salah. Semua hanya sebuah impian yang tidak akan pernah terwujud. Jujur aku benci, marah, dan kecewa dengan semua ini. Aku tidak pernah menyangka orang yang paling aku cintai dan mencintaiku, ternyata adalah orang yang paling membuatku sakit. Sungguh menyedihkan. Saat ini, saat menulis lembaran di buku harian ini, aku tidak tahu, apa aku bisa bertahan tanpamu? Bertahan tanpa senyum manismu. Kamu bukan saja yang terbaik dalam hidupku, namun kamu juga yang terbaik dalam hatiku.

Tak peduli berapa kali kamu menyakiti aku, aku akan tetap tersenyum. Karena saat kamu menyakitiku, aku tahu seberapa dalam aku mencintaimu dan dari rasa sakit itu aku belajar untuk tegar.

Dan di saat kamu menyakiti aku, aku tahu bahwa aku adalah orang yang paling beruntung di dunia ini, karena bisa bertemu dengan mu. Meski dunia menganggap aku bodoh, tapi aku merasa bahwa mencintaimu adalah hal terpintar yang pernah aku lakukan.

Aku melihat banyak warna dalam hidupku setelah berpisah denganmu, tapi tidak ada warna yang dapat membuat hidupku menjadi berwarna, selain warna yang kau berikan. Aku punya banyak alasan untuk mati, tapi kau memberiku satu alasan untuk hidup.

Sejenak, aku memejamkan mata. Merasakan angin yang berhembus di sekelilingku. Tanpa sadar, aku meneteskan airmata. Aku merasakan hembusan angin malam yang begitu lembut membelai wajahku. Dalam kesunyian, aku merasakan hadirmu. Bersamaan dengan hembusan angin, kau seolah memberi isyarat padaku untuk berpisah.

Kau seolah mengucapkan selamat tinggal padaku dengan cara yang halus. Saat itu, aku tahu aku harus merelakanmu. Tapi aku belum siap untuk kehilanganmu. Aku masih ingat saat-saat di mana aku menggenggam tanganmu dan melihat senyum mu yang manis. Saat itu kamu berjanji padaku untuk tetap bertahan dan memintaku untuk tidak melepaskan tanganmu.

Awalnya, aku kira kita akan melewati masalah ini bersama-sama seperti saat kita melewati masalah-masalah yang lainnya bersama-sama. Namun ternyata, aku tidak cukup kuat untuk tersenyum dan menguatkanmu saat itu. Aku hanya dapat mengiringi kepergianmu dengan tangisan dan doa.

Besok tepat setahun. Aku tidak tahu apa yang bisa kuberikan padamu. Hanya buku harian ini saja yang bisa aku berikan untukmu. Karena lewat buku harian ini, aku selalu menulis rasa rindu dan cintaku untukmu. Dan di buku ini juga, aku menuliskan kenangan-kenangan kita.

Buku ini adalah saksi bisu dari kesedihan dan kegembiraanku selama bersamamu. Mulai dari saat kita mulai pacaran, saat kondisi tubuhmu mulai lemah akibat kanker yang kau alami, saat kau dengan sengaja memaksaku secara halus untuk membencimu dengan semua tindakanmu yang menyakitiku, sampai saat ini. Dan lewat buku harian ini aku ingin menyampaikan padamu betapa aku senang telah dipertemukan denganmu, walau pada akhirnya kita harus berpisah.

Aku benar-benar sedih, saat tahu kau tidak lagi ada di dunia ini. Saat tahu tentang sebuah kenyataan pahit bahwa kita harus berpisah untuk selamanya. Selama setahun ini, aku telah berusaha sebaik mungkin untuk bisa melakukan yang terbaik. Untuk bisa membuka hatiku, tapi ternyata aku belum bisa. Aku masih butuh waktu untuk benar-benar bisa membuka hatiku.

Aku selalu membawa buku ini ke mana pun aku pergi. Dan tiap kali aku sedih, ingat padamu, atau sedang ingin menulis, aku akan menuangkan semuanya di buku harian ini.

Sekarang, lewat buku harian ini, aku ingin menyampaikan padamu tentang semua yang aku rasakan setelah kita berpisah. Aku hanya ingin kau tahu bahwa sekarang aku sudah lebih dewasa. Sudah mulai belajar untuk bisa membuat keputusan sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Dan yang paling penting, aku telah menjadi jauh lebih baik daripada aku yang sebelumnya. Dan semuanya berkat dukungan dan dorongan dari kamu.

Sayang kamu tidak bisa menemaniku dalam setiap perubahan yang terjadi padaku. Namun demikian, tidak ada penyesalan dalam hatiku. Dan seperti yang selalu kau katakan, bahwa hidup ini indah ketika kau menemukan arti dari kehidupan yang sesungguhnya.

Sekarang aku tahu maksud dari kata-katamu. Dan aku telah menemukan arti dari hidupku sendiri, yaitu hidup dengan selalu bersyukur dan percaya bahwa semua yang terjadi pasti ada hikmahnya, untuk tidak melihat hidup hanya dari sisi gelap, namun juga dari sisi terang dunia ini.

Kau bukan saja memberikanku mata untuk melihat, tapi kau juga membuka mata hatiku, tentang indahnya hidup ini. Sekarang, aku bisa melihat warna yang tidak bisa aku lihat sebelumnya. Tapi entah kenapa, aku merasa hampa. Dan jika aku bisa memilih, aku akan memilih untuk tidak dapat melihat selamanya, tapi dapat terus bersamamu, daripada dapat melihat, tapi tanpamu di sisiku.

Aku sadar bahwa aku lebih membutuhkanmu daripada kedua mata ini. Karena bagiku, kamu adalah keindahan dan anugrah terbaik yang pernah Tuhan berikan padaku. Namun demikian, aku tidak akan menyia-nyiakan cinta yang telah kau berikan padaku melalui kedua matamu ini. Dan tiap kali aku merasa takut dan sedih, aku akan memejamkan mata dan mengingat, bahwa kamu pernah mengisi hidupku, sehingga aku dapat kembali tersenyum.

Ini pertama kalinya, aku merasa hidupku benar-benar berharga. Bukan karena aku adalah orang yang berharga, tapi kau membuatku menjadi berharga dengan cinta dan semua pengorbananmu.

Dan jika kamu membaca buku harian ini, ingatlah bahwa kau akan selalu ada di hatiku selamanya. Beristirahatlah dengan tenang.


Selamat jalan kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar